Langsung ke konten utama

Postingan

Tepatkah Penggunaan Unsur –Isasi ?

Sumber : Kantor Bahasa Maluku DALAM berkomunikasi sehari ‑ hari, kita mungkin sudah pernah mendengar kata modernisasi atau rayonisasi . Sebagian orang mungkin memahami  bahwa kata modernisasi terbentuk dari kata modern + ( ‑ isasi). Masalahnya adalah, apakah pemahaman itu benar atau unsur ( ‑ isasi) yang digunakan dalam bahasa Indonesia berasal dari ‑ isatie (Belanda) atau ‑ ization (Inggris). Unsur ini sebenarnya tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia. Meskipun demikian, unsur itu ada di dalam pemakaian bahasa Indonesia karena diserap bersama ‑ sama dengan bentuk dasarnya secara utuh. Sebagai contoh, modernisatie, modernization   menjadi modernisasi, normalisatie, normalization menjadi normalisasi, legalisatie, legalization menjadi legalisasi (bukan legalisir). Contoh ini memperlihatkan bahwa dalam bahasa Indonesia, kata modernisasi tidak dibentuk dari kata  modern dan unsur  ( ‑ isasi), tetapi kata itu diserap secara utuh dari kata modernisatie   atau moderniz
Postingan terbaru

Induk Bejajo, Ibu di Mata Orang Rimba

Saat kali pertama saya dikabari harus turun ke TNBD (Taman Nasional Bukit Duabelas), saya sungguh senang sebab selain main ke hutan, ada yang ingin saya temui, yakni SAD (Suku Anak Dalam) atau biasa dikenal dengan orang rimba. Di Provinsi Jambi, TNBD tersebar di tiga kabupaten: Batanghari, Tebo, dan Sarolangun. Menurut peta, Sako Napu, lokasi yang saya kunjungi di TNBD masuk dalam wilayah Kabupaten Tebo. Namun, akses ke dalam hutannya lebih dekat dimasuki melalui Kabupaten Merangin. Sekitar empat jam dari Merangin Bangko, dengan kendaraan roda empat yang terpisah dua, kami melewati jalan-jalan berbukit, diiringi semilir Sungai Makekal yang mengalir di sepanjang jalan, dan suara merdu monyet-monyet hutan. Pagi itu, saya, Kak Elvi, dua teman SAD (Mijak Tampung dan Penangguk Sunting) sudah siap menuju tepi hutan adat. Perjalanan hanya bisa diakses melalui perjalanan kaki. Sebab hanya ada jalan setapak yang kiri kanannya adalah hutan belantara. Setelah hampir satu jam

Tradisi Bingguk Suku Anak Dalam

                                                       sumber: dokumen pribadi Sebelum memutuskan berangkat ke Taman Nasional Bukit Duabelas untuk mengunjungi SAD (Suku Anak Dalam) atau orang rimba,aku menelpon Kak Elvi, seorang teman yang akan berpetualang bersamaku. Pertanyaanku sederhana, di mana orang rimba buang air besar? Katanya di dalam tanah. Aku tertawa geli mengira Kak Elvi bercanda, kemudian Kak Elvi menjelaskan bahwa terlebih dahulu mereka akan menggali lubang dan menimbunnya kembali. Aku cuma senyum-senyum saja membayangkan yang akan kualami nanti. Di hutan TNBD (Taman Nasional Bukit Duabelas) tidak ada signal, apalagi listrik. Aku merasa benar-benar terputus dari dunia luar. Namun kehilangan signal dan listrik, bukanlah hal yang menjengkelkan. Justru ini sebagai penguji diri betapa dunia modern telah membius manusia untuk takluk terhadapnya. Aku sungguh senang main ke hutan, mengingatkan masa kecilku. Dulu nenekku tinggal di tempat yang sangat jau

Puisi Rini Febriani Hauri dalam Buku Antologi Puisi Wartawan se-Indonesia

Dua Puisi RFH di Buku Puisi Wartawan Indonesia Pesona Ranah Bundo dalam rangka Hari Pers Nasional 2018 Sumatera Barat sumber: L'imagerie Gallery Ladam Kuda Ladam kuda bergelantungan di atas pintu rumah panggung Oh, roh nenek moyang. Jagalah kami dari marabahaya Dan segala tuah ninik mamak tua tengganai Seruan bintang dan debur sungai tabir yang keruh Menjalar ke jembatan gantung Tidurlah dalam buaian kayu-kayu ulin Sebab tuju kelak berbalik ke tuannya Oh, betapa di kampung ini, leluhur Hidup kembali. Oh, Roh Nenek Moyang. Oh, Ladam Ladam Kuda. Jangan pernah hanyut sampai ke muara! Jerambah Bolong, 2017 Lubuk Larangan Barangkali daratan menghendaki bahwa kematian yang dikuburkan adalah perjalanan yang tak selesai maka, aku menjelma sungai dan mengalirkan kesepian bersama mantra penjaga ikan-ikan Pada segala hal yang misterius kusamarkan maut dalam deras arus bayang-bayang kail lumat ingatan seperti Nuh membelah lautan : karam bersama k

Puisi Rini Febriani Hauri Edisi Bahasa Inggris

  source: www.goodnewsfromindonesia.id (Roby Dwi Antono) My Rhyme in Yours   I’ve become a rhyme in each of your poems Just read ! read it again each of your poems You will find me in you As the longing which the same, fused, and along with I’ve become a rhyme in the notes to the poems you wrote When we lose the shape Your poems Transform into the silent blue sky, my lover For each word running, embrace each other letter I’ve become a rhyme in every scratch of your poems Your poems are tears between arrival and departure We attack each other, brawl at sometimes Since life is the roll of leaving and being left I’ve become a rhyme in your handage of poems, my love A lady and a lord in the wallow of longing in the last twilight The fluctuative times opened up a door to a journey Your poems succeeded drowning me in a never ending swirl I’ve become a rhyme in your collection of poems The poems sometimes become a distance and make broken Afternoons beco

Berkunjung ke Permukiman Orang Rimba Pulau Lintang

Bila mendengar kata “Orang Rimba” apa yang terlintas di benak Anda? Ternyata tidak semua Orang Rimba atau SAD (Suku Anak Dalam) tinggal di hutan loh. Sebagiannya sudah menetap di permukiman bantuan pemerintah sebagaimana Orang Rimba di Pulau Lintang. Mereka yang tinggal di permukiman adalah yang telah kehilangan hutan. Hidup berumah dan menetap laiknya orang modern, ternyata bukanlah mimpi buruk bagi mereka. Nah, masih penasaran dengan kisahnya? Kali ini saya akan menceritakan kisah perjalanan saya ke Pulau Lintang. Suatu ketika, saya dan dua teman perempuan berkunjung ke Pulau Lintang untuk keperluan riset. Pulau Lintang bukanlah sebuah pulau yang berada di tengah laut, melainkan nama sebuah desa yang terletak di Kecamatan Bathin VIII, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Dari Kota Jambi ke Pulau Lintang perjalanan ditempuh dengan kurun waktu empat jam saja. Kami pun berhenti di salah satu rumah masyarakat dusun yang sangat dekat dengan permukiman Orang Rimba. T

Sebelik Sumpah,Bisnis Sampingan Suku Anak Dalam

Sahabat Puan pernah mendengar sebelik sumpah khas sad (Suku Anak Dalam)? Jika belum pernah, ayo simak liputan puan.co!   Sebelik sumpah merupakan kerajinan tangan khas orang rimba / SAD di TNBD (Taman Nasional Bukit Duabelas). Kerajinan tangan ini berupa gelang, kalung, dan gantungan kunci. Orang rimba atau SAD meyakini bahwa kalung dan gelang sebelik sumpah memiliki kekuatan magis meski tanpa diberi mantra sekalipun. Mereka percaya bahwa orang yang memakai kalung dan gelang sebelik sumpah akan terbebas dari sumpah serapah orang-orang yang bermaksud jahat. Malah, sumpah serapah itu dipercaya akan berbalik ke tuannya, seperti senjata makan tuan. Selain itu, sebelik sumpah juga bisa menjadi penolak bala yang datang kepada mereka. Karena penasaran dengan kerajinan tangan khas ini, saya pun berkunjung ke Sako Napu Makekal Hulu di TNBD (Taman Nasional Bukit Duabelas) Merangin, Jambi. Di ibu kota Kabupaten Merangin, yaitu Bangko, tepatnya di mes Sokola Rimba, saya be

Rise For Holiday